Di Tulis oleh Abu Haitsam Fakhry
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.
أما بعد:
Para ulama Madzhab Syafi'i menyebutkan bahwa dalam mengambil sutrah terdapat empat peringkat.
Dan mereka berkata: Jika ada seseorang mengalihkan peringkat Sutrah ke peringkat yang lebih rendah, padahal dia mampu dan mudah untuk mendapatkan peringkat yang sebelumnya, maka dia tidak mendapatkan Sunnahnya ber sutrah.
Urutan peringkat-peringkat Sutrah itu berdasarkan kemudahan yang didapat, yaitu sbb:
- Peringkat ke 1: Dinding dan Tiang.
- Peringkat ke 2: Tongkat yang di tegakkan, ketika tidak ada kemudahan untuk mendapatkan tembok atau tiang.
- Peringkat ke 3: Menggelar sesuatu untuk sholat, seperti Sejadah atau tikar. Yaitu ketika tidak ada tongkat.
- Peringkat ke 4: Bikin garis memanjang ke depan ke arah qiblat. yaitu ketika tidak ada sesuatu yang bisa di gelar.
(Referensi: “الجمل على شرح المنهج” 1/436. “مغني المحتاج” oleh Al-Khoothiib Al-Sharbini 1/200. “أسنى المطالب” oleh Zakaria Al-Anshari, 1/184.
Urutan peringkat-peringkat Sutrah ini berdasarkan sbb:
Hadits Yazid bin Abu 'Ubaid, dia berkata:
كُنْتُ آتِي مَعَ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ فَيُصَلِّي عِنْدَ الْأُسْطُوَانَةِ الَّتِي عِنْدَ الْمُصْحَفِ ، فَقُلْتُ: يَا أَبَا مُسْلِمٍ أَرَاكَ تَتَحَرَّى الصَّلَاةَ عِنْدَ هَذِهِ الْأُسْطُوَانَةِ ؟ قَالَ: فَإِنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى الصَّلَاةَ عِنْدَهَا
"Aku dan Salamah bin Al Akwa' datang (ke Masjid), lalu dia shalat menghadap tiang yang dekat dengan tempat muhshaf.
Lalu aku tanyakan: 'Wahai Abu Muslim, kenapa aku lihat kamu senantiasa memilih tempat shalat dekat tiang ini? '
Dia menjawab: 'Sungguh aku melihat Nabi SAW senantiasa memilih untuk shalat di situ'." (HR. Bukhori no. 472 dan Muslim no. 788)
Dan hadist Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
إذا صلَّى أحدُكم فليجعَلْ تلقاءَ وجهِهِ شيئًا ، فإن لَم يجِدْ فلينصِبْ عصًا ،فإن لَم يجدْ فليخُطَّ خطًّا ، ثمَّ لا يضرُّهُ ما مرَّ أمامَهُ
"Apabila salah seorang di antara kalian mengerjakan shalat, maka hendaklah dia meletakkan sesuatu di depannya. Jika dia tidak menemukan, hendaklah dia menancapkan sebuah tongkat. Jika dia tidak membawa tongkat, maka hendaklah dia membuat garis, kemudian tidak memudharatkannya sekalipun ada yang lewat depannya."
HR. Abu Daud (689), Ibnu Majah (943), dan Ahmad (7386), dan ini adalah lafadz beliau. Dan Hadits ini diperselisihkan keshahihannya.
Urutan peringkat ini adalah yang di fahami pula dari kata-kata para ulama Hanafi dan Hanbali, meskipun mereka tidak menyebutkannya secara terus terang.
Ibnu Abidin dari Hanafi berkata:
المفهوم من كلامهم أنه عند إمكان الغرز لا يكفي الوضع، وعند إمكان الوضع لا يكفي الخط
Apa yang dipahami dari kata-kata mereka adalah bahwa ketika menancapkan sesuatu itu memungkinkan, maka meletakkan nya itu tidak cukup, dan ketika meletakkan sesuatu itu memungkinkan, maka garis itu tidak cukup. (Baca: “حاشية ابن عابدين” 1/428)
Adapun Ungkapan para ulama Hanbali menunjukkan hal yang sama, mereka mengatakan:
فإن لم يجد شاخصا وتعذر غرز عصا ونحوها، وضعها بالأرض، ويكفي خيط ونحوه.. فإن لم يجد خط خطا
Jika dia tidak menemukan suatu benda yang tegak berdiri dan tidak mungkin menancapkan tongkat dan sejenisnya, maka letakkanlah tongkat tsb di tanah, dan mencukupi pula seutas benang dan sejenisnya ... Jika tidak menemukannya, maka bikinlah garis “.
(Baca: “كشاف القناع” 1/382-383 karya al-Bahuuty dan “مطالب أولي النهى” karya ar-Rahaibaani 1/488-489).
Adapun Madzhab Maliki, maka mereka itu berpendapat: Tidak boleh menggunakan sutrah dengan Garis.
0 Komentar